Apa itu Kesenian Nandeh?
Menurut
Sumber yang CB (Cerito Bengkulu) dapatkan, kesenian nandeh adalah "Kesenian yang
berasal dan berkembang di wilayah Talo, Masmambang, Manna, hingga Kaur
itu di zaman dulu hampir ada di setiap acara warga yang sedang berduka,"
kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Bengkulu, Drs
Agus Setiyanto, Minggu.
Sekarang ini, tidak ada lagi warga penerus yang berprofesi sebagai pelakon Nandeh tersebut, sedangkan untuk menghidupkan kembali sulit mencari sejarah dan cerita budaya Nandeh itu.Kesenian Nandeh, katanya, adalah seni bertutur atau berdongeng, untuk menghibur warga yang sedang dilanda musibah, baik ditinggal kerabat terdekat ataupun musibah alam.
Seorang pelakon Nandeh mirip dalang yang bercerita atau pun berdongeng kepada warga yang terkena musibah tersebut, sedangkan dongeng yang diceritakan bertemakan perjuangan dan kejayaan dari para nenek moyangnya terdahulu serta diselingi dengan cerita lucu, sehingga warga terhibur dan duka yang dialami menjadi terlupakan.
Menurut Agus, seorang penutur Nandeh akan bercerita seperti setengah menyanyi dan bertutur seperti meratap, serta layaknya dalang di Pulau Jawa, penutur Nandeh juga menggunakan properti yaitu sebilah kayu atau bambu yang berukuran satu meter untuk menopang dagu nandeh.
"Tidak adanya sumber daya manusia yang berprofesi sebagai Nandeh juga semakin memperburuk keadaan, apalagi kebiasaan seorang kakek bercerita kepada anak cucunya sebelum tidur saat ini sudah hilang dan tidak lagi diberlakukan," katanya.
Sekarang ini, tidak ada lagi warga penerus yang berprofesi sebagai pelakon Nandeh tersebut, sedangkan untuk menghidupkan kembali sulit mencari sejarah dan cerita budaya Nandeh itu.Kesenian Nandeh, katanya, adalah seni bertutur atau berdongeng, untuk menghibur warga yang sedang dilanda musibah, baik ditinggal kerabat terdekat ataupun musibah alam.
Seorang pelakon Nandeh mirip dalang yang bercerita atau pun berdongeng kepada warga yang terkena musibah tersebut, sedangkan dongeng yang diceritakan bertemakan perjuangan dan kejayaan dari para nenek moyangnya terdahulu serta diselingi dengan cerita lucu, sehingga warga terhibur dan duka yang dialami menjadi terlupakan.
Menurut Agus, seorang penutur Nandeh akan bercerita seperti setengah menyanyi dan bertutur seperti meratap, serta layaknya dalang di Pulau Jawa, penutur Nandeh juga menggunakan properti yaitu sebilah kayu atau bambu yang berukuran satu meter untuk menopang dagu nandeh.
"Tidak adanya sumber daya manusia yang berprofesi sebagai Nandeh juga semakin memperburuk keadaan, apalagi kebiasaan seorang kakek bercerita kepada anak cucunya sebelum tidur saat ini sudah hilang dan tidak lagi diberlakukan," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar